Pentingnya Layanan Konseling Kelompok Terhadap Harga Diri Remaja

Yunita Yunita

Abstract


Artikel ini menjelaskan tentang pentingnya layanan konseling kelompok terhadap harga diri remaja. Layanan konseling kelompok ialah suatu proses konseling antara konselor professional dengan beberapa konseli sekaligus dalam sebuah kelompok kecil di waktu yang bersamaan. Layanan konseling kelompok pada dasarnya merupakan layanan konseling individual yang dilakukan dalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan klien, yaitu “para anggota kelompok” (yang jumlahnya lebih dari dua orang). Pada layanan konseling kelompok diusahakan tercipta suasana yang sama seperti dalam konseling individual yaitu hangat, permisif, penuh keterbukaan dan juga intimasi. Dimana konseli dapat mengungkapkan dan saling memahami masalah anggota kelompok, menelusuri sebab-sebab terjadinya permasalahan serta upaya pemecahan masalah. Sedangkan harga diri remaja merupakan penilaian pribadi individu yang dilakukan pada diri sendiri baik secara positif maupun negatif yang dilandaskan hubungan dan interaksi dengan orang-orang penting di sekitarnya dan juga dipengaruhi sikap, penerimaan, penghargaan dan perlakuan orang lain terhadap diri individu. Harga diri sering dinilai sebagai peringkat dengan dimensi yang berkisar mulai dari negatif sampai positif maupun rendah sampai tinggi. Diharapkan setelah membaca artikel ini dapat melakukan layanan konseling kelompok dengan maksimal dalam meningkatkan harga diri remaja baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Keywords


Layanan Konseling Kelompok; Harga Diri; Remaja

Full Text:

PDF

References


Aditomo, A., & Retnowati, S. (2004). Perfeksionisme, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi , 1-15.

Arikunto, S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Asmani, J. M. (2010). Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Azwar, S. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Corey, M. S., & Corey, G. (2006). Groups: Process and Practice. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.

Daryanto. (2013). Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrma Widya.

Einon, D. (2004). Permainan Kreatif untuk Anak-Anak. Batam: Karisma.

Fahmi, N. N. (2016). Layanan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman. Jurnal Hisbah , 69-84.

Geldard, K., & Geldard, D. (2013). Menangani Anak dalam Kelompok. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Gladding, S. T. (1995). Group Work: A Counseling Specialty. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice-Hall.

Hadi, S. (2004). Penelitian Research. Yogyakarta: BPFE.

Hallen, A. (2005). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.

Hartinah, S. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika Aditama.

Hikmawati, F. (2010). Bimbingan Konseling. Jakarta : Rajawali Press.

Jacobs, E. E., Harvill, R. L., & Masson, R. L. (1993). Group Counseling, Strategies and Skills. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Latipun. (2008). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.

Lestari, R., & Koentjoro. (2002). Pelatihan Berpikir Optimis Untuk Meningkatkan Harga Diri Pelacur yang Tinggal di Panti dan Luar Panti Sosial. Indigenous Jurnal Ilmiah Psikologi , 134-146.

Maharani, E. G. (2018). Keefektifan Layanan Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Harga Diri pada Siswa Underachiever Kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang. Dipetik Desember 26, 2018, dari https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk/article/view/17853

Nursalim, M. (2013). Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Akademia Permata.

Pertiwi, W. E. (2015). Pengaruh Budaya Jawa dan Harga Diri Terhadap Asertivitas pada Remaja Siswa Kelas X di SMA Negeri 3 Ponorogo. eJournal Psikologi , 348-357.

Prayitno. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahmadian, A. A. (2011). Kreativitas Dalam Konseling. Seminar Internasional Impact Counseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Rivai, A., & Sudjana, N. (2009). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Santrock. (2006). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: PT Erlangga.

Sciarra, D. (2007). School Counseling. USA: Cole-Thomson Learning.

Sholt, & Gavron. (2006). Therapeutic Qualities of Clay-Work in Art Therapy and Psychotherapy.

Stefani, J. W. (2010). Silage Fermentation Processes and Their Manipulation. Electronic Conference on Tropical Silage.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, D. K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, K., & Kusmawati, N. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : PT Rhineka Cipta.

Winkel, W. S., & Hastuti, S. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Winkel, W. S., & M, S. M. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Wirastania, A. (2016). Penggunaan Clay Therapy dalam Program Bimbingan untuk Peserta Didik Tingkat Sekolah Dasar. Jurnal Fokus Konseling.




DOI: https://doi.org/10.51849/j-p3k.v1i3.51

Refbacks

  • There are currently no refbacks.